Kamis, 06 Januari 2011 | By: administrator

MEMOTIVASI PARA PEMUDA KEPADA KEBAIKAN

Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Sebagian orang berusaha menghindari para pemuda pergerakan dengan alasan bahwa mereka berlebihan dan terkesan pilih-pilih. Apa komentar Syaikh tentang ini?



Jawaban.
Semestinya memotivasi para pemuda kepada kebaikan dan berterimakasih kepada mereka atas aktifitas mereka dalam kebaikan serta mengarahkan mereka dengan lembut dan bijaksana. Jangan terburu-buru dalam segala urusan, karena pemuda itu, juga selain para pemuda, punya kelebihan kecemburuan sehingga kadang terjatuh ke dalam hal yang tidak semestinya. Semestinya mengarahkan orang tua dan pemuda untuk teguh dalam urusan dan memelihara kebenaran dalam setiap perbuatannya sehingga segala sesuatu ditempatkan pada tempatnya. Di zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, ada seorang laki-laki yang melihat kemungkaran, lalu hal itu menimbulkan kecemburuannya karena Allah sehingga ia mengatakan kepada si pelakunya.

"Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni-mu." Lalu Allah mengatakan, “siapa yang berani mendahuluiKu bahwa Aku tidak akan mengampuni si fulan. Sesungguhnya aku telah mengampuni si fulan dan aku gugurkan amalanmu". [1]

Itu karena melampaui batas syar'i, yaitu vonisnya bahwa Allah tidak akan mengampuni pelaku kemungkaran tersebut. Karena itu, hendaknya seorang mukmin tetap teguh dan mewaspadai bahaya lisan dan kerasnya kecemburuan.

Maksudnya, baik pemuda, orang tua maupun lainnya, wajib mengingkari kemungkaran, tapi dengan cara yang lembut, bijaksana dan berlandaskan nash-nash syari'at. Hendaknya tidak melampaui batas yang syar'i sehingga berlebih-lebihan seperti kaum Khawarij Mu'tazilah, orang yang menempuh cara mereka tidak akan kurang dan tidak meremehkan perintah Allah. Tapi hendaknya memilih yang pertengahan dalam berbicara dan mengingkari mereka serta mengusahakan faktor-faktor yang bisa menyebabkan diterimanya ucapan sehingga bisa berpengaruh, di samping harus pula menghindari sarana-sarana yang menyebabkan tidak diterimanya ucapan dan tidak bergunanya bagi masyarakat, hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.

"Artinya : Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu" [Ali-Imran : 159]

Dan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Sesungguhnya, tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu kecuali ia akan membaguskannya, dan tidaklah (kelembutan) itu tercabut dari sesuatu, kecuali akan memburukkannya.” [2]

Serta sabda beliau.

"Artinya : Ya Allah, siapa yang memegang urusan umatku lalu mempersulit mereka maka persulitlah ia, dan siapa yang memegang urusan umatku lalu bersikap lembut pada mereka maka bersikap lembutlah padanya."[3]

[Majalah Al-Buhuts, edisi 36, Syaikh Ibnu Baz]

0 komentar:

Posting Komentar